Lapisan ozon pelindung di Kutub Utara terus menipis akibat radiasi sinar ultraviolet dari matahari. Japantoday mewartakan, Rabu (6/4), Badan Cuaca PBB menyatakan penipisan sebesar 40 persen lapisan ozon terjadi pada musim dingin ini.
Situasi lapisan ozon di Artik karena penyebab serupa, ozon "mengunyah" senyawa dalam polusi udara kimia yang dipicu oleh kombinasi suhu yang sangat dingin dan sinar matahari. Kombinasi dari suhu yang sangat dingin di stratosfer, lapisan utama kedua dari atmosfir bumi, terjadi tepat di atas troposfer, sehingga lapisan ozon rapuh di atmosfer Artik. Selain itu, penipisan ozon juga terjadi akibat CFC dari semprotan aerosol dan pendingin ruangan.
Ozon menipis berarti lebih banyak radiasi pada permukaan bumi. Sementara itu, tingkat ozon di Kutub Utara tetap lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain seperti di daerah khatulistiwa.
"Ini sangat tiba-tiba dan tidak biasa," kata Bryan Johnson, seorang ahli kimia atmosfer yang bekerja di Laboratorium Sistem Kebumian dan Kelautan Atmosfer Amerika Serikat di Kolorado. Ia mengatakan fokus pemanasan global terjadi di Artik, wilayah efek pemasan global pertama kali dirasakan.
"Stratosfer Kutub Utara terus menjadi rentan terhadap kerusakan ozon yang disebabkan oleh zat pemakan ozone yang terkait dengan aktivitas manusia," kata Sekjen PBB Badan Cuaca Michel Jarraud.
Sebelumnya, PBB mengumumkan penipisan ozon bergeser dari khatulistiwa dan meliputi Greenland dan Skandinavia pada Maret silam. Ada kekhawatiran yang muncul jika fenomena ini terjadi setiap tahun. Meskipun ozon secara alami beregenerasi sendiri, tapi kemungkinan besar lapisan ozon akan habis sehingga tidak ada lagi lapisan pelindung atmosfer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar